Aku hamba-Mu. Hamba Engkau, Ya Rab.
Yang dhoif, yang selalu butuh bimbingan-Mu.
Aku bukan siapa-siapa. Bukan siapa pun jua..

Ya Rabbul Ghoffar,
jadikanlah aku dan keturunanku kelak
sebagai hamba-Mu
yang selalu mendirikan shalat,
yang menghidupi malam,
mencintai mushaf, konsisten dalam ibadah,
dan mampu mengisi hidup ini
dengan dinamika yang Engkau ridhoi.

Aku

aku.

Gak ad yg istimewa dariku, tapi banyak rizki yang diberikan Allah kepadaku.

Dilahirkan di kota paling macet di negeri ini, bercita menjadi seorang jurnalis.

Tepatnya, ingin menjadi wartawan yang bisa memberikan ibrah bagi banyak orang.

Asa itu mulai tumbuh ketika duduk di bangku SD kelas IV.

Eeeeh, tapi baru belajar

menulis waktu di STM Boedoet, hehehe.

Kayaknya, waktu itu gak pantas ya,

Boedoet yang dikenal suka tawuran tapi bocahnya demen nulis.

Hmm, lulus STM smpet krja di Astra dan vacum nulis.

Akhirnya belajar nulis mulai dari nol lagi, saat kuliah.
Alhamdulillah, Allah mengabulkan asa lama yang terpendam. Berawal dari aktivis pers kampus.

Selanjutnya, dikasih kesempatan jadi reporter online Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang, Jatim. Dikasih anugerah lagi jadi jurnalis, fotografer, plus lay outer sebuah buletin di SDIT di bilangan Jakarta Timur.

Setelah itu, terus dikasih lagi rizki Allah dgn adanya kesempatan magang di Republika, Jakarta. Alhamdulillah, dalam menggapai cita selalu dilipat gandakan rizki Allah yang gak pernah berhenti. Setelah wisuda, sempat belajar jadi jurnalis Republika.

Tapi.., setelah dapat aku pengen lagi.
Pengen jadi jurnalis, relawan,
atau insan yang dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar,
pengen bermafaat dan membantu di kawasan konflik
atau daerah bencana.
Dimana aja, yang penting di kedua wilayah itu. Smoga…

Hobi, mbaca, nulis, blajar apa aja, maen bal-balan, desain grafis/web/editing video, jalin silaturahim.

Keinginan?? Wuih, sama dengan kebanyakan orang.
Pengen buanget bertemu Sang Khalik di Surga,
pengen mati Syahid,
minimal slalu brdoa agar kelak bisa
wafat bi khusnul khotimah,
dengan senyum, dan wajah yang ceria, AMIN.

Kita harus punya mimpi.
Dan, mimpi terbesarku dapat dishalatkan,
dikebumikan dengan banyak keluarga, kerabat,
saudara Mu'minin, Mu'minat, Muslimin, Muslimat.

Mimpi terbesarku dapat syahid di jalan Allah,
wafat dalam keadaan ridho-Nya.

Wafat tanpa menyisakan harta yang menempel di pakaianku,
tanpa membawa hutang,
tanpa menyisakan perbuatan yang membuat dendam seseorang.

Di alam fana yang penuh kefanaan ini,
aku pengen banget berbakti thd kedua ortu,
baik dalam hidup maupun sepeninggal Beliau.

Pengen bermanfaat bagi banyak orang,
pengen nyenengin kawans,
pengen memuliakan pasangan,
pengen buanyak lagi..
gak abis abis kepengennya
hikz ^_T.

Ya Allah, jadikan aku, pengunjung blog ini, dan
saudara seiman dan seakidah
sebagai anak yang sholeh/ah bagi kedua orangtuanya,
menjadi adik yang baik bagi kakak-kakaknya.

Menjadi kakak yang baik buat adik-adiknya,
menjadi paman-paman dan tante-tante yang baik untuk keponakannya,
menjadi murid-murid yang baik bagi gurunya,
menjadi kawan yang baik untuk kerabatnya.

Ya Allah jadikanlah kami,
guru yang bermanfaat bagi muridnya,
pasangan yang baik bagi jodohnya.

Menjadi atasan yang baik untuk karyawannya,
menjadi karyawan yang berguna bagi perusahaannya,
menjadi relasi bisnis yang terpercaya dan dipercaya.

Takdirkan kami, umat Muslim ini menjadi
pribadi yang taat serta bermanfaat bagi agama,
bangsa, lingkungan, serta
menjadi hamba-Mu yang selalu Engkau muliakan, amin.

Di pelataran masjid, saat angin datang menyapa.
Di tengah-tengah kota macet, yang penduduknya tak lagi ramah,
yang pembunuhan telah menjadi hal biasa.
Yang banjir tak serius dibenahi,
yang kendaraan enggan dibatasi.
Yang siaran televisinya minim nilai edukasi,
yang politikusnya membodohi dan membohongi pemilihnya.
Di penghujung tahun 2008, yang tetap indah.
Meski optimisme itu mulai menipis.

Foto; by Fernan Republika